Jumat, 22 April 2022

Tuhan, Terima Kasih Telah Mengajariku

 

Ada yang tenggelem ketika senja datang, mentari sore hari mulai redup terganti dengan rembulan bulan, awan putih kini tak terlihat kembali, begitupun lampu-lampu taman yang sekarang bersinar terang menghiasi gelapnya malam. Aku dan Rahmah berjalan-jalan menikmati segarnya udara, menghirup bebas oksigen serta mengindahkan pikiran dari penatnya kehidupan.

Kegiatan seperti ini  baru pertama kalinya, bukan karena tidak ada kerjaan ataupun daripada rebahan, melainkan terkadang jiwa perlu istirahat dengan cara lain, yaitu bersama istriku menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Pagi tadi, aku disibukkan dengan segala pekerjaan sampai-sampai tidak ada waktu bersama Rahmah, tentunya kehadiran suami sangatlah ditunggu olehnya karena dia tidak ingin ditinggal lama, ibarat tanah kering yang selalu menunggu kehadiran rintikan hujan untuk membasahinya.

Hamparan tanah luas terlapiskan rumput hijau menjadi tujuanku dan istriku untuk  beristirahat, beberapa orang menggelar tikar besar di bawah pohon rindang dan disamping gubuk kecil, bersenandau gurau sekaligus bertukar cerita, itulah pemandangan menawan yang sekarang aku lihat, indah dalam pandangan mata.

“Mas…! Bagaimana kalau kita istirahat di sana, sepertinya lebih seru dan asyik,” Ajak istriku sambil menunjuk tempat lapang disamping waduk kecil.

“Boleh Dek…! Ayok kita kesana, lagipula pemandangan di sana bagus dan asri, pun juga orangnya sedikit ,” Sahutku kepadanya.

Barang bawaan kita memang tidak banyak, hanya beberapa cemilan kecil, tiga sajadah dan tas yang berisi perlengkapan alat shalat. Waduknya sangat tenang, bersih dan menyejukkan pikiran, pohon apel tumbuh segar dari kejauhan dengan buahnya yang begitu banyak, dipetik bebas bagi siapa saja yang menginginkannya.

Aku melihat sekitar waduk untuk memastikan keadaan, menimalisir bahaya apabila datang tiba-tiba, namun sepertinya aman dan tidak akan terjadi apa-apa. Rahmah menggelar tiga sajadah untuk kita beristirahat, duduk kemudian meluruskan kaki yang penuh dengan kepenatan.

“Lihat itu mas…!! Ikan di waduk bermunculan, pada kecil-kecil dan lucu dehh..!!” Ujar Rahmah kegemasan melihat ikan berenang bebas dengan induknya. Aku tersenyum bahagia melihat Rahmah ceria, dia bisa mengaplikasikan hal seperti itu menjadi kebahagiaan bagi dirinya.

“Oh iya dek…!! Lucu-lucu mereka kayak kamu tuu. Apalagi tuu yang biru, persis sekali seperti adek, gemesnya!” Sahutku menghibur dirinya. Seorang suami tentunya akan senang dengan kebahagiaan istrinya, karena kecintaannya tidak bisa terukur oleh apapun. Rahmah adalah setiap alasan, setiap harapan dan setiap mimpi yang pernah aku miliki. Gumamku dalam hati.

“Adek tau nggak? Bahwasanya semua yang ada di muka bumi ini, apa yang kita lihat dan rasakan, semuanya bertasbih kepada Allah,” Tanyaku kepada Rahmah sambil membenarkan ujung kerudung birunya.

“Nggak tau mas! Bukannya yang bertasbih itu hanya manusia ya? Manusia bisa bertasbih, mengagungkan asma Allah dengan perkataannya. Bahkan adek berpikir, tidak bertasbih aja! Tahmid, takbir dan semuanya pun bisa dilakukan,” Jawab Rahmah sambil melihat mata bulatku. Aku sering bertanya tentang keajaiban dunia yang kusangkut pautkan dengan ayat alquran, karena bagiku sendiri, mendidik seorang istri haruslah berlandaskan ayat-ayat Al-quran dan hadist-hadist Rasulullah, agar keberlangsungan kehidupanku bersamanya selalu diberkahi oleh Allah.

“Segala ciptaan Tuhan di muka bumi ini bertasbih kepada-Nya, kita sebagai manusia tidak mengerti bahasa mereka, bahasa hewan maupun tumbuhan, bahkan seperti bumi, matahari, bulan dan lain-lain bertasbih kepada-Nya tanpa henti,” Jawabku kepadanya sambil membuka beberapa cemilan untuk dimakan.

“Kok bisa gitu Mas? Mas tau darimana?” Tanyanya sekali lagi.

“Allah berfirman dalam kitab suci dalam surat al-Jumuah ayat satu Dek, apa yang ada di langit dan apa yang di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah, Maha Raja, yang Maha Suci, Maha Bijaksana. Dari ayat ini, Allah telah menjelaskan secara konkret, bahwasanya segala apapun yang ada di langit dan di bumi senantiasa bertasbih, bahkan tidak hanya bertasbih, bisa jadi takbir, tahmid dan lain-lain. Adek tau nggak, bagaimana mereka mensyukuri nikmat Allah, kita ambil contoh dari tumbuhan?” Tanyaku kedua kali.

Rahmah makan beberapa cemilan keripik tempe sambil berpikir tentang pertanyaanku, menggaruk kepala sekali dan mengangkat tangan seakan tidak tau jawaban atas pertanyaanku. Terpampang wajah bingung sekaligus penasaran dengan jawabanku.

“Adek lihat itu pohon apel dengan buahnya yang lebat!” Tunjukku salah satu pohon disamping waduk.

“Iya! Adek lihat pohonnya, banyak buahnya juga.”

“Mereka hidup dan bernapas tentunya karena rahmat Tuhan. Lantas bagaimana mereka mensyukuri nikmat dari segala pemberian-Nya? Mereka berbuah dengan lebat kemudian kita petik dan makan, itu merupakan salah satu bentuk kesyukuran dari tumbuhan itu sendiri,” Jawabku sambil menyuapi Rahmah. Dia mengangguk setuju dengan jawabanku, melipat kaki menjadi sila dan menaruh kedua tangan di atas kakinya.

“Salah satu? Berarti banyak bentuk kesyukuran darinya Mas! Apa lagi bentuk kesyukuran dari tumbuhan tersebut? Soalnya, tadi Mas bilang salah satu,” Tanyanya sambil menyuapiku.

Aku menghela napas, “Sebenarnya banyak bentuk kesyukuran dari tumbuhan tersebut! Salah satu contohnya lagi, Allah telah memberikan makanan kepada mereka, berupa sinar matahari, air yang mengalir di tanah dan lain-lain, akhirnya mereka memproduksi itu semua dan menjadikannya oksigen bagi kita. Adek menghirupnya dengan bebas dan lega karena rahmat Tuhan dan bentuk kesyukuran mereka.”

“Oh gitu yaa Mas! baru tau soalnya, terkadang tuu Adek acuh aja, nggak mau tau tentang mereka, hanya menikmati kehidupan Adek, tanpa mendalami hikmah-hikmah yang ada dalam kehidupan Adek sendiri!” Jawabnya paham atas jawabanku.

Terlentang tidur mungkin asyik dalam pikiranku, memandang hamparan langit yang hitam kelam berselimuti sinar bintang dan bulan, gemuruh angin berseliwir kecil di antara rindangnya pohon-pohon. Aku melepas jaket dan memakaikannya kepada Rahmah, mungkin rasa dingin malam telah menusuk sampai kepada kulitnya, berusaha membuatnya hangat dengan segala upayaku.

Rahmah sangat menghargai segala perbuatanku, bukan karena segala pemberian melainkan rasa nyaman yang berawal dari kelakuan kecil dan usaha dalam memberikan ketentraman. Karena hakikat pasangan bukan kesempurnaan tetapi berusaha saling menyempurnakan.

“Mas, Lihat itu deh! Mereka sangat bahagia kayaknya,” Ujar Rahmah sambil menunjuk kepada dua pasangan diseberang waduk. Aku bangkit dari telentang dan melihat seorang laki-laki yang sangat antusias ketika pasangannya bercerita, tertawa lepas tanpa kendala, sepertinya cerita dari sang perempuan sangatlah seru karena membuat pendengarnya sangat menikmati.

“Tau nggak Dek! Kenapa laki-laki tersebut sangat antusias mendengar cerita dari pasangannya?” tanyaku kepada Rahmah. Dia tersenyum tipis mendengar pertanyaanku, memasang muka heran karena mungkin tidak masuk akal baginya.

“Bukannya dijawab, malah senyum-senyum sendiri,” Ujarku kedua kali kepadanya.

“Namanya juga pasangan Mas! Seorang perempuan hanya butuh pendengar atas apa yang ingin diceritakan atau dikeluh kesahkan, bukan butuh untuk disalah-salahkan. Apalagi mereka mungkin seorang pasangan suami istri, maka itu bentuk penghargaan seorang suami kepada istrinya,” Jawab Rahmah dengan nada datar.

“Dua insan yang menjalin hubungan dan telah menjadi pasangan merupakan salah satu hikmah dari penciptaan manusia,” Sahutku tiba-tiba.

“Maksudnya Mas? Adek nggak paham,” Tanyanya kepadaku. Aku kembali terlentang dan meletakkan kedua telapak tangan di bawah kepala, namun kini kuajak Rahmah melakukan seperti apa yang aku lakukan, sambil memandang luasnya hamparan langit yang dihiasi oleh bintang-bintang dan sinar lembut rembulan.

“Allah mempunyai maksud dan tujuan atas penciptaan manusia, tentu maksud penciptaannya yaitu untuk beribadah kepada-Nya, tetapi tujuannya yaitu untuk saling mengenal satu sama lain, entah laki-laki sama laki-laki atau saling berlawanan jenis,” Jawabku menjelaskan kepada Rahmah.

“Sepertinya Adek pernah mendengar Mas jelasin ayat yang berkaitan dengan itu, tapi Adek lupa!” Ujarnya.

“Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat tiga belas Dek! Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Gimana Adek sudah ingat kembali?” Tanyaku sambil bangkit dari terlentang.

“Alhamdulillah Mas, Adek sudah ingat,” Ujarnya kepadaku sambil bangkit juga.

“Ngomong-ngomong, kenapa Mas mengajak Adek kesini, bukannya lebih suka ke tempat yang lebih umum, seperti mall, bioskop, restoran dan lain-lain?” tanyanya kepadaku.

“Mas hari ini sangat capek, banyak kerjaan tadi di kantor, pikiran Mas sangat penat, perlu refreshing sambil tadabur alam. Lagipula, salah satu hobi Mas tuu kayak gini Dek! Bengong sambil ngeliatin keadaan alam sekitar.”

Rahmah Tertawa atas jawabanku, “Kok bisa gitu, punya hobi kok bengong. Biasanya sih, laki-laki tuu hobinya main futsal, main basket dan lain-lain gitu,” Ujar Rahmah kepadaku. Aku meluruskan kaki Rahmah sambil memijitnya pelan-pelan, tersenyum sendiri seperti orang gila jalanan.

“Dek…! Apa yang kamu sebutin itu wajar. Maksudnya, sebagian daripada laki-laki menyukai itu, tetapi itu hobi raga bukan jiwa. Adek pasti tau, keduanya itu berbeda, raga disehatkan dengan cara berolahraga, namun jiwa disehatkan dengan pengajian, tadabur alam, shalat malam dan sebagainya. Mas saat ini penatnya lebih kepada jiwa bukan raga,” Ujarku kepada Rahmah.

“Maafin Adek! Adek nggak tau keadaan Mas saat ini,” pinta maaf kepadaku. Aku pindah posisi ke belakang Rahmah untuk memijat bahunya, karena aku yakin pasti hari ini dia sangat capek mengurus segala kebutuhan rumah demi kenyamananku tinggal bersamanya.

“Adek nggak salah kok! Ngapain juga minta maaf? Rasulullah sangat sayang kepada istrinya, dicintai dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, beliau merupakan panutan Mas, sudah sebaiknya mencontoh kepada hal-hal baik, salah satunya yaitu perempuan tidak pernah salah,” Sahutku kepadanya masih memijat pelan-pelan.

“Rasulullah pernah bersabda Mas, beliau pernah ditanyakan perihal perempuan!” Ucap Rahmah sambil menunjuk bagian yang ingin dipijat.

“Apa sabda beliau dek?” Tanyaku kepadanya.

“Siapakah wanita yang paling baik? Beliau menjawab, yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami ketika diperintah dan tidak menyelisih suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suaminya benci.”

Aku terdiam sejenak, menghentikan pijatan dan pindah tempat duduk didepan Rahmah, memegang kedua tangannya sambil kutatap wajah cantiknya yang berseri-seri, kucium keningnya penuh dengan ketulusan dan dia memejamkan mata.

Aku melihat kelopak matanya yang kini telah terbuka, “Sesungguhnya Dek! Sabda Rasulullah telah ada bersamamu, Rahmah merupakan perempuan baik, selalu menyenangkan hati Mas, pun juga selalu mentaati segala permintaan Mas sendiri, Adek bagaikan kepala putik di dalam mawar merah merona yang tidak pernah bisa dipisahkan oleh serbu sari, selalu ada ketika dibutuhkan” Sahutku kepadanya.

“Alhamdulillah kalau begitu, Adek sampai sekarang masih mendapat ridha suami, karena dari ridhanya, keberkahan hidup adek akan selalu mengalir. Terima kasih yaa Mas!” Ucap Rahmah senang mendengar ucapanku.

“Adek kedinginan?” tanyaku kepadanya.

“Iya Mas! Hayuk kita pulang, kaki Adek nggak kuat menahan dinginnya malam.”

“Yaudah kita balik sekarang saja. Lagipula sekarang dah malam, nggak baik bagi kesehatan.” Waktu telah menunjukkan pukul tujuh, hawa dingin makin menusuk dalam tubuh. Banyak pembelajaran yang bisa aku ambil dari munajat alam, semuanya terlukis indah dalam ciptaan Tuhan, tiada sia-sia melainkan penuh dengan hikmah. Terima kasih istriku karena telah mengajariku arti penghargaan, sesungguhnya suamimu ini penuh dengan kekurangan tetapi hanya ketulusan yang bisa aku berikan, kapanpun dan dimanapun. Gumamku dalam hati.

Rabu, 08 September 2021

Empat Nasehat Penuntut Ilmu

   Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam beserta pemilik ruang siang dan malam, tiada Tuhan selain Allah, Sang pemberi rahmat bagi setiap hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa cahaya bagi setiap umatnya dari gelapnya zaman hingga saat ini. Semoga kita semua mendapatkan syafatnya kelak di akhirat nanti.

   Manusia dituntut untuk menimba ilmu dalam kehidupan sehari-hari, karena dari ilmu tersebut mereka dapat menaikkan level derajatnya, itulah yang menjadi pembeda antara makhluk Allah SWT, tentunya antara hewan dan manusia. Allah menciptakan setiap makhluknya dengan kelebihannya masing-masing, tentunya itu merupakan hak prerogatif-Nya dan tidak bisa diganggu gugat, manusia diciptakan dengan level kesempurnaan yang mutlak, karena memiliki akal untuk berpikir dan menciptakan kemaslahatan di muka bumi, namun sayangnya kesrakahan mereka dalam bertindak dan acuh terhadap perintah Tuhannya, membuat mereka seakan tidak memiliki akal dan seakan menyetarakan diri dengan makhluk Tuhan lainnya. Maka dari itu, pentingnya kita untuk mengerti makna dan pesan di balik masa menuntut ilmu agar tidak menyeleweng dari jalan yang telah Allah berikan.

   Pertama: Aku menyampaikan kabar gembira kepada segenap penuntut ilmu, khususnya pada zaman ini, bahwa sesungguhnya mereka akan mendapatkan pahala dan termasuk dalam kategori sabda Nabi Muhammad SAW:

   “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah Ta’ala memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

   Lebih-lebih mereka dalam keadaan safar dan menahan akan beratnya menimba ilmu di saat itu, maka sesungguhnya mereka dalam keadaan bahagia karena Allah telah melipat gandakan pahala baginya.

   Kedua: Sesungguhnya seseorang yang melatih dirinya (membiasakan) untuk menanggung kesulitan dalam menimbah ilmu maka sesungguhnya mereka dalam keadaan ibadah di sisi Tuhannya dan sedang mendekatkan diri kepada-Nya. Karena dari hal itu, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

   “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negrimu) dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

   Ketiga: Penulis berharap, agar semua pembaca dapat mengambil manfaat daripada menuntut ilmu, bukan sekadar hapal dan paham, melainkan pengamalan dari manfaat ilmu yang telah diperoleh (ini yang harus ditekankan), pengamalan yang akan mengubah seseorang menjadi lebih baik, karena tujuan dari ilmu itu adalah diamalkan dan bukan tujuan dari menuntut ilmu adalah sebuah argumentasi guna menyudutkan seseorang hingga tak dapat berbicara kembali. Seorang ulama berkata: 

 “Ilmu memanggil untuk diamalkan, jika panggilan itu disambut, ilmu akan tetap. Namun jika panggilan itu diabaikan, ilmu akan pergi.”

  Perkataan ini memanglah benar adanya, karena jika seseorang mengamalkan ilmunya, maka ilmu tersebut akan semakin kokoh dan kuat seperti asas pohon yang tidak tumbang ketika diterpa badai hujan.

   Keempat: Harapan besar dari penulis bagi penuntut ilmu dan juga bagi pembaca ialah saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Manusia diciptakan dengan fitrahnya yaitu rasa saling memiliki, yang mempunyai makna adalah rasa kemanusiaan saat saudaranya membutuhkan bantuan, bantuan tidak selalu berupa material juga berupa uang, namun ilmu yang bermanfaat dapat menjadi bantuan yang lebih berguna daripada kedua hal sebelumnya. Terdapat hadist shahih dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: 

   “Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, ketika hamba-Nya tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim no: 2699)

   Jika seseorang menolong saudaranya dengan mengajarkan suatu masalah dalam bab ilmu, Allah akan membantunya dalam membukakan pintu pemahaman baginya dari setiap bab-bab ilmu. Maka jangan pernah memiliki rasa hasat, apabila seseorang mengajarkan ilmu kepada saudaranya, maka saudaranya akan lebih pandai darinya, karena sejatinya pemilik ilmu hanyalah Allah semata, seseorang tidak pantas menyatakan dirinya tahu sedangkan Allah Tuhan maha segalanya alias maha tahu.


Abdurrozaq Muhammad Ridho

IG: @Abdurrozaqridho

WA: 01204715217


Senin, 31 Mei 2021

Dekadensi Umat Islam Dalam Muamalah



      Pendidikan karakter menjadi bahan perbincangan penting dalam fenomena dunia saat ini, banyak sekali dekadensi moral manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari (etika dalam bermuamalah) khususnya sosialisasi muslim kepada sesama muslim. Budi pekerti, tata krama, kesantunan dan religiusitas dalam beragama merupakan komponen-komponen utama dalam melakukan interaksi satu sama lain, namun saat ini unsur-unsur tersebut seakan terkikis dan hampir menghilang dari dunia adab dan akhlak akibat faktor modernisasi zaman -sosial, hukum, pendidikan dan teknologi-

Di tengah arus perubahan karakter manusia yang semakin menjuruh ke bawah, kaum muda dan kaum tua saling acuh tak acuh, menuduh bahkan menyalahkan satu sama lain, pemahaman mereka hanya sebatas apa yang diyakini, tidak merujuk kepada suatu referensi. Kaum muda mendapati bahwasanya mereka merasa terabaikan, diacuhkan bahkan dimanipulasi terhadap sesuatu, khususnya yang bersifat abstrak yaitu perkembangan zaman modern. Mereka menjadi marah, memutuskan diri dari kalangan generasi tua, berambius untuk menciptakan masa depan di atas tangan mereka sendiri tanpa melihat pengalaman hidup dari generasi tua. 

Adapun jalan yang diambil oleh golongan tua yaitu mengabaikan penderitaan kaum muda, merasa bahwasanya itu merupakan pendidikan bagi mereka yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kuantitasnya. Sering kali golongan tua melalaikan perkembangan intelektual, kultural dan spiritual kaum muda, seakan apa yang telah diusahakan oleh mereka menjadi abu di atas kayu yaitu tidak berharga sedikitpun, hampa tidak ada nilai. 

Meskipun konflik yang mereka alami merupakan hak preogratif masing-masing namun di dalamnya tentulah mempunyai kapasitas ruang lingkup, eksistensi hak manusia memiliki batas-batas tertentu yang dinamakan dengan hati nurani; berbicara mengenai kemanusiaan dan perasaan yang rasional tentang moral, perilaku dan tata krama. Secara fakta, keduanya harus melihat secara komprehensif berskala baik, memahami secara seksama tentang beban tanggungan dan merujuk kepada suatu aspek untuk membuahkan sebuah kebaikan.



Maka dari itu, pada titik ini sangat penting untuk menenggelamkan segala pemikiran ideologi tentang konsep keegoisan, semuanya harus saling bahu-membahu serta menolong satu sama lain. Adapun jalan alternatif untuk menengahi segala permasalahan kaum muda dan kaum tua dari segala eksploitasi situasi yaitu menemukan solusi kondusif dengan memahami sumber utamanya, mencabut habis akar permasalahan yang bisa menyebabkan hasrat ketidakadilan dalam bermuamalah. Kelompok lain percaya (rasionalis), bahwasanya toleransi keduanya harus diikat sekuat mungkin sehingga tidak meninggalkan kelonggaran sedikitpun, mencatat segala visi dan misi guna memperindah masa depan yang lebih memuaskan.

Untuk memahami bobroknya kaum muda dan kaum tua yang semakin hari semakin menurun angka kepeduliannya dalam pembelajaran moral serta etika ketika muamalah atau bersosialisasi antar manusia, maka peran orang tua di sini sangatlah penting untuk menjadi penengah di antara dua masalah sekaligus; mengajarkan tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya agar mencapai pada level kematangan dalam menanggapi suatu masalah. Lantas, bagaimana pembelajaran moral bagi kaum tua? Sesungguhnya, keikutsertaan kaum tua dalam menanggapi suatu masalah akan menjadi cerminan bagi anak-anaknya, maka tidak sepatutnya memberikan cermin rusak kepada anaknya yang bisa menjadi mara bahaya baginya. Cermin sempurna akan membuahkan hasil bayangan sesuai dengan wujudnya adapun cermin rusak hanya sebatas kerusakan yang susah untuk disempurnakan kembali.

Islam telah mengajari para pemeluknya guna menjadi pribadi yang baik secara raga maupun jiwa, tujuan pendidikan moral pada umumnya dalam agama islam yaitu mengarahkan manusia untuk berbudi pekerti, berakhlak dan beretika, mampu menggunakan pengetahuannya serta mempersonalisasi nilai-nilai moral untuk senantiasa membuka hati secara lapang kepada setiap insan. Maka tidak heran, hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Jarir bin Abdullah; bahwasanya Rasullullah Saw bersabda: “Siapa yang tidak mengasihani manusia, maka ia tidak dikasihani oleh Allah.” Berbanding lurus dengan ajaran islam sampai saat ini.

Jikalau kita mengerti secara spesifik tentang ajaran islam, maka seharusnya kita paham arti dari kata moral. Sesungguhnya, apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw merupakan pendidikan moral tertinggi dan penyempurna akhlak kepada seluruh umat manusia, beliau merupakan manusia paling mulia maka kita tidak boleh meragukan kemuliaannya. Dari tulisan sederhana ini, semoga memberikan banyak manfaat bagi pembacanya khususnya dalam bidang muamalah. 

Selasa, 02 Februari 2021

Life Style.yang Merusak






 Tidak perlu malu saat menjalani hidup dengan sederhana, karena pada hakikatnya manusia dilahirkan tanpa busana. Tuhan mengajarkan manusia dengan cara pengalaman hidup yang bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka sekalipun, tetapi persoalan masa kini ialah lifestyle anak muda maupun lanjut usia yang sudah mendarah daging, tanpanya apalah hidup di dunia ini!

Anak muda dengan kesibukan luar biasa mencoba untuk mendaur ulang kehidupan yang mereka jalani agar dibilang hype, seolah roda kehidupan harus mengikuti alur zaman sesuai porsinya, tidak mau tertinggal walaupun sedetik pun. Bisa diibaratkan sebagai lifestyle yang glamor atau serba mewah; sarapan di Bali kemudian terbang ke Itali untuk makan siang dan berpesta mewah (night club) di Turki. Di tambah lagi, rasa ingin tahu anak muda sangatlah menggebu yang mendorongnya ingin mencicipi semua gaya hidup masa kini.

Apa yang menyebabkan mereka terjerumus sedalam itu? Ada beberapa alasan kuat (several reasons) yang di mana membuat lintas pikirannya terbesit melakukan itu semua; Stress Reliever. Banyak orang ingin melepaskan kepenatan dan rasa stress akibat masalah hidup yang tak kunjung usai  yaitu dengan cara bergaul, tentunya pencarian sensasi kehidupan yang bebas semakin membuat mereka tergila-gila dan tergiur untuk melakukan kedua kalinya bahkan lebih.

Social Climber. Satu unsur komponen utama dalam menjalani kehidupan ialah bersosialisasi, manusia tidak akan mampu meniti roda kehidupan dengan sendirinya karena Tuhan telah menciptakan manusia untuk saling mengenal dan akrab satu sama lain, namun, bisa jadi langkah yang diambil oleh seseorang menyalahi aturan wajib-Nya yaitu bergaul dengan cara semena-mena, beranggapan bahwasanya hidup di dunia cuman sekali maka harus mengikuti runtutan hardware zaman now.

Untuk mencegah terjadinya semua itu maka peran orang tua sangatlah penting dalam menjaga pergaulan anaknya, diajarkan sejak belia hingga dewasa sebagaimana pendekatan arti dan makna lifestyle zaman sekarang, bukan berarti skala praktek sekaligus tetapi lebih mengenal bahaya darinya jikalau salah dalam pergaulan.

Semoga dari artikel ini bisa memberikan sedikit manfaat kepada pembaca sekaligus maklumat penting tentang bahayanya pergaulan masa kini. Sekian dan terima kasih.

Senin, 01 Februari 2021

Traveling pasca pandemi



 Memasuki minggu terakhir di bulan februari tentunya tidak akan sempurna jikalau belum mencoba beberapa destinasi wisata untuk mengisi waktu liburan, tetapi tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya yang di mana orang-orang bebas bepergian bersama sanak keluarga, kerabat bahkan teman sepermainannya. Covid-19 merupakan virus baru yang telah membuat reputasi beberapa destinasi wisata turun bahkan anjlok di luar perkiraan, tetapi tidak menutup kemungkinan beberapa darinya masih membuka gerbang dan mempersilahkan wisatawan masuk kemudian menikmati pelayanan dari destinasi tersebut.

Indonesia merupakan negara maritim terbesar dan memasuki urutan ke-15 dalam daftar negara se-asia tenggara. Maka dari itu, Indonesia terkenal dengan negara seribu pulau kemudian menjadikan beberapa darinya tempat pariwisata yang mempunyai daya tarik wisatawan lokal maupun asing. Hal ini merupakan peluang besar baginya untuk meningkatkan pengembangan sektor pasriwisata di setiap tempatnya.

Menurut saya, ada tiga unsur komponen penting bilamana diterapkan maka akan mendukung stabilitas industri pariwisata; atraksi, amenitas dan aksebilitas. Ketiganya merupakan perekat dalam mewujudkan keseimbangan di setiap sektor wisata tersebut.

Atraksi. Unsur pertama yang menjadi inti daya tarik wisatawan agar mereka lebih menikmati pengalaman liburannya, biasanya meliputi dari berbagai pelayanan, fasilitas, kreatifitas, pesona alam, peninggalan sejarah dan lain-lain. Atraksi tentunya bukan sekedar pemberian melainkan bagaimana membuat wisatawan merasa terkesan, dengan tingkatan layanan yang diberikan kepadanya. Dan hampi semua destinasi wisata memberikan layanan tersebut. 

Beberapa contoh atraksi wisata: Bali; tidak hanya terkenal dengan panorama pantai yang sangat memukau tapi wisatawan dapat menikmati sejarah darinya yaitu tari bali. Banyuwangi; mendapat julukan Sunrise of Java karena kota yang pertama kali mendapatkan sinar matahari di pulau jawa, biasanya orang-orang yang berlibur ke Banyuwangi akan mampir ke kawah ijen untuk melihat blue fire dari atas bukit.

Amenitas. Kelengkapan dan kenyamanan wisatawan terletak pada satu unsur ini, bisa dibilang sebagai fasilitas pendukung untuk memberikan rating yang tinggi dari sejumlah pihak. Keberadaan komponen  ini sangatlah dibutuhkan oleh para wisatawan karena darinya bisa memunculkan perasaan nyaman dan suka di setiap hari pengunjung. Contoh dari amenitas yaitu toilet, penginapan, masjid, tempat perbelanjaan oleh-oleh dan lain-lain. Tujuan diberikan layanan amenitas ialah menumbuhkan rasa kenyamanan agar wisatawan dapat berkunjung kedua kali bahkan lebih.

Aksebilitas. Dapat ditafsirkan sebagai akses wisatawan untuk lebih menikmati liburannya, akses ini meliputi dari informasi dan trasnportasi, tidak sedikit dari beberapa destinasi memberikan layanan tersebut. Demi kepentingan pariwisata, aksebilitas memang harus diprioritaskan untuk kelancaran wisatawan berkunjung ke destinasi tersebut. Sebagai contoh: penanggung jawab atau tour planner akan mengatur jadwal keberangkatan rombongan dari satu destinasi ke destinasi lainnya sehinggal wisatawan tidak perlu memikirkan apalagi mendiskusikan hal tersebut kepada rombangan tersebut.

Penutup. Pariwisata sangat penting bagi setiap insan karena darinya dapat menghilangkan stress dari pekerjaan sehari-harinya, namun sebelum melancarkan rencana wisata harusnya dia mengenali destinasi tersebut sedetail mungkin agar tidak salah dalam tentatif waktu yang telah dibuatnya. Jadi, kamu ingin pergi kemana untuk liburan bulan ini?

Minggu, 31 Mei 2020

Cendekiawan Barat tentang Islam





Dalam lembaran-lembaran buku Nabi Islam dalam Kacamata Pemikiran Barat telah banyak menyebutkan tentang orgumen maupun bukti bahwasanya Islam itu agama indah, agama yang tentram sebagaimana yang membawanya juga berakhlak karimah.

Jikalau Islam itu sendiri merupakan agama yang barbar ataupun agama yang tidak mengikuti tuntunan akidah dari Tuhannya maka tidak mungkin ia menjadi agama terbesar didunia yang mencapai seper'enam penduduk bumi.

Meluasnya agama Islam pastinya tidak dengan mudah pastinya banyak hambatan yang mengiringinya.

Untuk sampai saat ini, nalar-nalar Islam tersebut telah sampai ke barat. Oleh karena itu pandangan seorang muslim perempuan maupun laki-laki harus mengerti membedakan objek barat, merupakan pihak barat ataupun orang barat.

Ada beberapa hal agar bisa memenangkan nalar barat tentang pemikiran yang tertancap kuat dalam budaya khazahah mereka. Dengan keluarnya politisi, filosofis dan cendekiawan barat yang menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka, dan dampak dari aktivitas ini akan berkonsekuensi baik pula.

Seperti menyebarnya Islam lewat umar ibn Khattab, Abu Sufyan yang sebelumnya membenci bahkan memusuhi Islam.

Keluarnya salah satu filosofis cendekiawan barat juga mempunyai dampak besar Dimata barat, sebagaimana buku yang ditulis oleh Bernard Shaw didalamnya bertuliskan:
"Dan saya menyakini bahwa orang seperti Muhammad SAW, jika ia diberi tampuk kekuasaan diseluruh dunia, maka ia akan sukses dalam kekuasaannya, ia akan memimpin dunia menuju kebaikan dan memberikan solusi atas segala persoalan dunia dengan solusi yang memberikan kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan yang diharapkan."

Diantara karakteristik yang dimiliki filosufi ini ialah yang berani menyatakan kebenaran  dan keterbukaannya dalam memaparkan pandangannya disaat pandemi barat membenci Islam bahkan menyebutnya sebagai agama teroris hingga saat ini.
Maka, sedikit demi sedikit pemikiran barat itu akan punah dan sirna.

Part two soon


Minggu, 24 Mei 2020

Tingginya akhlak Sayyidina Abu Bakar as shidiq

Air Mata Umar bin Khattab Tumpah Saat Melihat Tingginya Akhlak Abu Bakar.





Pada suatu hari, Umar bin Khattab mengamati Abu Bakar Ash-Shiddiq di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh, Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya.


Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu, dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.

Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya.

Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya disitu.

Setelah Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapatkan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu.

Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu’anhu.
Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”.
Nenek tua itu menjawab:
“Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku.”

Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian ia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu.” (maksudnya, khalifah berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus bekerja lebih keras, agar mampu menandingi kwalitas kekhalifahan Abu Bakar).

Sungguh luar biasa, Abu Bakar, seorang Khalifah mampu melakukan tugas kemanusiaan kepada Nenek tua yang buta.
Demikian kisah air mata Umar bin Khattab tumpah saat melihat tingginya akhlak Abu Bakar, semoga bermanfaat.