Senin, 31 Mei 2021

Dekadensi Umat Islam Dalam Muamalah



      Pendidikan karakter menjadi bahan perbincangan penting dalam fenomena dunia saat ini, banyak sekali dekadensi moral manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari (etika dalam bermuamalah) khususnya sosialisasi muslim kepada sesama muslim. Budi pekerti, tata krama, kesantunan dan religiusitas dalam beragama merupakan komponen-komponen utama dalam melakukan interaksi satu sama lain, namun saat ini unsur-unsur tersebut seakan terkikis dan hampir menghilang dari dunia adab dan akhlak akibat faktor modernisasi zaman -sosial, hukum, pendidikan dan teknologi-

Di tengah arus perubahan karakter manusia yang semakin menjuruh ke bawah, kaum muda dan kaum tua saling acuh tak acuh, menuduh bahkan menyalahkan satu sama lain, pemahaman mereka hanya sebatas apa yang diyakini, tidak merujuk kepada suatu referensi. Kaum muda mendapati bahwasanya mereka merasa terabaikan, diacuhkan bahkan dimanipulasi terhadap sesuatu, khususnya yang bersifat abstrak yaitu perkembangan zaman modern. Mereka menjadi marah, memutuskan diri dari kalangan generasi tua, berambius untuk menciptakan masa depan di atas tangan mereka sendiri tanpa melihat pengalaman hidup dari generasi tua. 

Adapun jalan yang diambil oleh golongan tua yaitu mengabaikan penderitaan kaum muda, merasa bahwasanya itu merupakan pendidikan bagi mereka yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kuantitasnya. Sering kali golongan tua melalaikan perkembangan intelektual, kultural dan spiritual kaum muda, seakan apa yang telah diusahakan oleh mereka menjadi abu di atas kayu yaitu tidak berharga sedikitpun, hampa tidak ada nilai. 

Meskipun konflik yang mereka alami merupakan hak preogratif masing-masing namun di dalamnya tentulah mempunyai kapasitas ruang lingkup, eksistensi hak manusia memiliki batas-batas tertentu yang dinamakan dengan hati nurani; berbicara mengenai kemanusiaan dan perasaan yang rasional tentang moral, perilaku dan tata krama. Secara fakta, keduanya harus melihat secara komprehensif berskala baik, memahami secara seksama tentang beban tanggungan dan merujuk kepada suatu aspek untuk membuahkan sebuah kebaikan.



Maka dari itu, pada titik ini sangat penting untuk menenggelamkan segala pemikiran ideologi tentang konsep keegoisan, semuanya harus saling bahu-membahu serta menolong satu sama lain. Adapun jalan alternatif untuk menengahi segala permasalahan kaum muda dan kaum tua dari segala eksploitasi situasi yaitu menemukan solusi kondusif dengan memahami sumber utamanya, mencabut habis akar permasalahan yang bisa menyebabkan hasrat ketidakadilan dalam bermuamalah. Kelompok lain percaya (rasionalis), bahwasanya toleransi keduanya harus diikat sekuat mungkin sehingga tidak meninggalkan kelonggaran sedikitpun, mencatat segala visi dan misi guna memperindah masa depan yang lebih memuaskan.

Untuk memahami bobroknya kaum muda dan kaum tua yang semakin hari semakin menurun angka kepeduliannya dalam pembelajaran moral serta etika ketika muamalah atau bersosialisasi antar manusia, maka peran orang tua di sini sangatlah penting untuk menjadi penengah di antara dua masalah sekaligus; mengajarkan tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya agar mencapai pada level kematangan dalam menanggapi suatu masalah. Lantas, bagaimana pembelajaran moral bagi kaum tua? Sesungguhnya, keikutsertaan kaum tua dalam menanggapi suatu masalah akan menjadi cerminan bagi anak-anaknya, maka tidak sepatutnya memberikan cermin rusak kepada anaknya yang bisa menjadi mara bahaya baginya. Cermin sempurna akan membuahkan hasil bayangan sesuai dengan wujudnya adapun cermin rusak hanya sebatas kerusakan yang susah untuk disempurnakan kembali.

Islam telah mengajari para pemeluknya guna menjadi pribadi yang baik secara raga maupun jiwa, tujuan pendidikan moral pada umumnya dalam agama islam yaitu mengarahkan manusia untuk berbudi pekerti, berakhlak dan beretika, mampu menggunakan pengetahuannya serta mempersonalisasi nilai-nilai moral untuk senantiasa membuka hati secara lapang kepada setiap insan. Maka tidak heran, hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Jarir bin Abdullah; bahwasanya Rasullullah Saw bersabda: “Siapa yang tidak mengasihani manusia, maka ia tidak dikasihani oleh Allah.” Berbanding lurus dengan ajaran islam sampai saat ini.

Jikalau kita mengerti secara spesifik tentang ajaran islam, maka seharusnya kita paham arti dari kata moral. Sesungguhnya, apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw merupakan pendidikan moral tertinggi dan penyempurna akhlak kepada seluruh umat manusia, beliau merupakan manusia paling mulia maka kita tidak boleh meragukan kemuliaannya. Dari tulisan sederhana ini, semoga memberikan banyak manfaat bagi pembacanya khususnya dalam bidang muamalah.